Mencari Sosok Pemimpin Ideal Dalam Kursi Kekuasaan

Posted Posted by Iskandar centre in Comments 1 komentar

Oleh : Aditya Nugraha Iskandar


Akhir-akhir ini kita melihat ramai nya pertarungan para kandidat capres dan cawapres dalam memperebutkan posisi no 1 di Indonesia. Masing-masing calon berkampanye menonjolkan kelebihan-kelebihan mereka sebagai sosok pemimpin ideal dalam memperebutkan simpati masyarakat. Pertanyaan yang mungkin muncul ke permukaan adalah Apakah mereka calon-calon yang ideal?.

Dalam negara demokrasi, pengembangan civil society merupakan faktor penting dan utama untuk mewujudkan tujuan demokrasi. Dalam konteks civil society diharapkan munculnya kemandirian masyarakat menentukan nasibnya sendiri, serta kesadaran tinggi masyarakat terhadap kebijakan pemerintah termasuk dalam memilih sosok pemimpin yang ideal. Masyarakat diharapkan memiliki kemandirian dan kesadaran tinggi dalam menentukan pemimpin yang ideal untuk menahkodai kapal bangsa ke arah yang lebih baik. Jangan sampai masyarakat hanya menjadi patronclient dalam era demokrasi.


Banyak faktor yang dapat dijadikan tolak ukur untuk menilai sosok pemimpin yang ideal. Bahkan di zaman yunani kuno, Plato dalam bukunya 'Republic' menganggap sosok pemimpin yang ideal adalah seorang Filsof atau raja yang memiliki jiwa dan nilai-nilai seorang Filsof. Kemudian Tread, ordway, 1935 mempunyai karakter-karakter yang harus dipunyai seorang pemimpin, yaitu:

1. Physical and nerve energy (kuat jiwa dan raganya)

2. A sense of purpose dan direction (mempunyai indera menentukan arah dan tujuan)

3. Enthusiasm (antusias, bersemangat)

4. Friendliness and affection (akrab berteman dan punya kasih sayang)

5. Integrity (integritas pribadi)

6. Technical mastery (kemampuan dan keterampilan teknik kepemimpinan)

7. Decisiveness (cepat dan tepat dalam mengambil keputusan)

8. Intelligence (cerdas)

9. Teaching skill (kemampuan mengajar)

10. Faith (dapat dipercaya)


Selain faktor-faktor tersebut di atas masih ada faktor-faktor lain seperti, jujur, adil, konsisten, santun, bebas korupsi, dll, untuk menentukan sosok pemimpin ideal. Berbagai macam tolak ukur tersebut tentu harus disesuaikan oleh konteks kebutuhan bangsa Indonesia saat ini dan kebutuhan dalam mencapai tujuan negara dalam UUD 1945, yaitu :

1. Memajukan kesejahteraan umum

2. Mencerdaskan kehidupan bangsa
3. Mewujudkan keadilan sosial

4. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

5. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia.


Untuk itu ada beberapa faktor yang menurut saya penting dalam mencari sosok pemimpin ideal. Pertama, memiliki keberpihakan yang progresif. Seorang pemimpin yang dibutuhkan bangsa saat ini adalah seorang pemimpin yang lebih berpihak terhadap rakyat kecil / kaum papa / kaum mustad'afin yang selama ini termarginalkan. Lebih berpihak kepada buruh daripada pemilik modal, berpihak kepada petani daripada kaum feodal, berpihak kepada kaum miskin kota daripada kaum borjusi kota. Hal ini tidak bermaksud mendikotomikan masyarakat atau membenturkan klas yang ada di masyarakat. Tetapi secara nyata mereka adalah kaum yang perlu diperhatikan lebih, setelah 63 tahun kita merdeka masih terabaikan. Menilai seorang yang memiliki keberpihakan progresif dapat kita lihat dari track record atau visi-misi para calon dalam membuat kebijakan (decession making). Apakah mereka cenderung lebih mengutamakan perumahan untuk kalangan miskin daripada membangun apartemen mewah? Apakah mereka lebih mendukung ekonomi kerakyatan daripada ekonomi neo-liberal?.


Kedua,pemimpin yang memiliki integritas tinggi dan jiwa nasionalis yang tinggi. Faktor ini dapat diderivasi melalui beberapa perilaku dan tindakan seorang calon selama ini. Melihat masih rendahnya kualitas dan kesadaran SDM di Indonesia, serta begitu besarnya sumber daya (recources) yang kita miliki, tentu Indonesia adalah sasaran empuk kepentingan pihak asing untuk dieksploitasi.Hal ini terlihat jelas dengan begitu besarnya pengaruh asing dalam menentukan kebijakan Indonesia seperti privatisasi dan liberalisasi yang tidak cocok dengan sifat sosial masyarakat kita terhadap aset-aset strategis bangsa. Untuk itu diperlukan pemimpin yang berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) dalam menerapkan kebijakan dan berani melakukan renegosiasi ulang kontrak atas sumber daya kita yang dikuasai asing, serta menasionalisasikan kembali aset-aset bangsa secara bertahap, agar keuntungan yang didapatkan berguna untuk memenuhi public goods daripada private goods.


Ketiga, pemimpin yang mempunyai jiwa merakyat. Seorang pemimpin seharusnya menghilangkan garis demakarsi antara dirinya dan rakyatnya. Jangan sampai ada pameo yang terbangun di masyarakat sebagai 'Pemimpin kaya yang memimpin negri busung lapar'. Faktor ini dapat dilihat dari seberapa besar jumlah harta kekayaan pribadi pemimpin untuk dikorbankan dalam mensejahterakan rakyat. Jangan sampai terjadi buritan Paradoksal, dimana seorang pemimpin bertambah jumlah harta kekayaannya setelah menjabat namun angka kemiskinan dan pengangguran tidak menurun.


keempat, pemimpin yang mendahulukan kepentingan bangsa daripada kepentingan golongan. Hal ini dimaksudkan agar seorang pemimpin tidak tersandera oleh kepentingan golongan atau partai politik di dalam mengambil kebijakan. Sebagai contoh adalah dalam menentukan kabinetnya seorang Presiden lebih mengutamakan kemampuan profesional dan integritas pribadi daripada 'titipan politik'.Memang mencari sosok pemimpin yang ideal untuk bangsa kita tidak lah mudah. Pada dasarnya manusia tidak ada yang sempurna. Tapi ikhtiar kita untuk mencari yang mendekati sempurna dengan menjadi masyarakat yang aktif dalam menilai merupakan perwujudan demokrasi yang telah matang. Untuk itu mari kita mulai menilai faktor-faktor yang dapat dimiliki seorang pemimpin ideal dan mengamati janji-janji yang mereka ucapkan saat berkampanye. Lakukan civil disobidience sebagai perwujudan people power jika mereka melanggar janji setelah terpilih. Marilah menjadi masyarakat madani (civil society ).